Mengunjungi Kawah Ijen

Mengunjungi Kawah Ijen, Ada yang Bikin Takjub Selain Pemandangan

Ini merupakan pengalaman kali kedua saya mengunjungi Kawah Ijen. Pertama waktu saya masih bekerja di Jawa Timur sekitar 2012. Kemudian saya kembali lagi pada Desember 2022.

Dalam dua kesempatan itu saya sama-sama dibuat takjub oleh pemandangan yang tersuguh di sana. Baik ketika sudah sampai puncak atau selama dalam perjalanan mendakinya.

Namun, saya menyadari ada beberapa perbedaan dari dua kali kunjungan saya ke tempat wisata yang terkenal di Banyuwangi, Jawa Timur ini. 

Pertama, seingat saya, dulu jalur untuk berjalan kaki ke Kawah Ijen memiliki permukaan susunan batu-batu kecil. Namun, kali ini permukaannya mayoritas berupa tanah.

Perbedaan lainnya kini ada banyak ojek gerobak yang siap mengantar wisatawan untuk mencapai puncak dan sebaliknya. Gilanya lagi ojek gerobak ini menggunakan tenaga manusia.

“Ayo, yang malas jalan kaki ke atas boleh naik gerobak,” kata pemandu rombongan saya waktu itu.

Saya sempat bengong sebentar karena nggak percaya gerobak tersebut ditarik oleh tenaga manusia untuk sampai atas. Bukannya jalanannya menanjak terus, ya?

Di satu sisi saya nggak tega membayangkan seberapa besar tenaga yang dikeluarkan oleh “driver” ojek gerobak tersebut untuk membawa wisatawan.

Oleh karena itu wajar jika satu gerobak ditarik oleh dua orang secara bergantian. Kalau yang satu merasa kelelahan di tengah jalan maka “driver” yang satunya lagi bakal menggantikan.

Hal tersebut yang membuat saya di lain sisi merasa takjub terhadap usaha dari orang-orang ini untuk mendapatkan penghasilan, untuk melanjutkan hidup.

Menurut artikel Merdeka.com, ongkos untuk menggunakan ojek gerobak Kawah Ijen sebesar Rp800 ribu per orang. Itu harga untuk perjalanan berangkat atau naik. Sedangkan untuk perjalanan turun sebesar Rp200 ribu.

Pada kesempatan tersebut, saya sampai ke puncak dengan berjalan kaki. Namun, untuk perjalanan turunnya coba merasakan naik ojek gerobak ini.

Pada awalnya saya khawatir bakal jatuh, tapi ternyata aman-aman saja. Gerobak tersebut terbuat dari besi dan dilengkapi dengan rem juga.

“Kalau ngantuk tidur aja, mas,” kata “driver” ojek gerobak saya. Benar saja karena berangkat pagi-pagi buta maka saya ngantuk berat ketika sudah mau pulang.

Nggak sampai lama sudah sampai lagi di bawah. Dapat pengalaman baru mengunjungi Kawah Ijen.


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *